uthem

Sabtu, 08 Juni 2013


Sunday, June 8, 2013
Malem minggu ini aku have a dinner with my dad. Setelah sekian lama nggak menyempatkan waktu untuk sharing, dan kali ini adalah saat nya. Sosok Raihul Fadjri Faniska adalah sosok ayah yang menurutku sangat bertanggung jawab dan selalu perfectsionis. Punya alasan yang jelas mengenai apa yang dia lakukan. Selalu ada 5w1h disetiap hal detil yang dilaksanakan. Jadi, aku sebagai anaknya pun harus menyertakan “alasan logis” kalo mau ngerjain sesuatu. “Iya, anak nya ayah itu harus kaya gitu, kalo kamu melakukan sesuatu, kamu harus tau kenapa kamu melakukannya, tau tujuannya, kepada siapa, dan apa manfaat atau kerugian yang akan kamu dapatkan”, begitu katanya. Sempet tadi ngebicarain tentang skripsi nya ayah waktu di UGM, katanya kuliah itu nyampe 8 tahun karna molor skripsi. Soalnya ayah udah jadi announcer di Unisi FM. Sementara teori fisipol nya udah kelar, tinggal tugas akhir tadi, yaitu skripsi. Ayah bilang kalo sempat terbesit untuk berhenti kuliah karena meng-underestimate-kan bahwa ga punya gelar S1 aja udah bisa kipas-kipas uang. Tapi kemudian dia berfikir bahwa nenek sama antan bakal kecewa kalo dia berenti gitu aja, setelah semua biyaya dikasih, dan ga sedikit. Kemudian ayah ambil cuti, beliau focus untuk garapan skripsinya yang pada waktu itu bertemakan kampanye politik. Dari kurun waktu 4 bulan, skripsi selesai dan akhirnya di-wisuda. Disini, aku menarik kesimpulan bahwa, niat itu sangat berpengaruh dalam penyelesaian suatu hal. Dan, meng-underestimate-kan sesuatu itu bukan hal yang keren meskipun kenyataannya emang udah bisa cari uang tanpa gelar sarjana.
Berikutnya…
Aku nggak pernah bermimpi kalo ternyata ayah itu dulu punya pengalaman yang begitu fantastic nya kaya super heroes di avengers. Aku ga pernah ngebayangin kalo dulu pada tahun 98-an, ayah jadi tahanan politik di Birma (sekarang Myanmar) bukan karena dia terlibat aksi anarkis, tapi karena beliau dengan beberapa orang Indonesia,phillipine,Australian,Thailand, dan orang amerika bekerja didaulat oleh lsm politik international “AJI” untuk menjalankan misi penolakan pemerintahan birma yang dulu dianggap terlalu dictator dan sama sekali tidak demokratis. Mereka difasilitasi dengan banyak kemewahan, transport,visa,hotel berbintang 5, dll.. setelah sampai di birma, mereka menyusun rencana untuk memberikan semacam lembaran yang berisi tentang “penuntutan agar pemerintahan di birma tidak kejam dan harus berlaku demokratis” setelah itu mereka berkumpul di salah satu restoran india, mereka sepakat bertemu jam 12 siang, dan tepat pada jam 12, ada kurang lebih 10 orang yang tidak hadir, itu artinya mereka sudah ditangkap. Kemudian ayah dan teman-temannya langsung menuju bandara untuk landing ke Bangkok, tetapi ternyata intel Myanmar sudah mengetahui keberadaan ayah ku dan teman-temannya karena 10 teman ayah ku yang ditangkap tadi langsung di intograsi. Ayah dan teman temannya ditangkap kemudian selama beberapa hari selalu di intograsi dengan pertanyaan yang sama. Ponsel, kamera,type recorder, note, barang2 elektronik mereka disita semua. Beberapa hari kemudian mereka disidang oleh seorang hakim dan sejumlah intel beserta kedutaan besar dari tiap masing-masing Negara yang terlibat. Anda bayangkan, ayah dan teman-temannya itu tanpa didampingi seorang pengacara sekalipun. Kedutaan besar Indonesia pada saat itu berusaha untuk melobi pihak hukum Myanmar untuk tidak menghukum mereka. Dan parahnya lagi, mereka ini hampir divonis 5 tahun penjara dan harus menjadi pekerja paksa pada tambang2 yang terdapat di Myanmar. Namun, unfortunately vonis itu ga jadi dijatuhkan kepada mereka. Mereka hanya di deportasi dari Myanmar, sehingga, kalo ayah ku ke Myanmar lagi, walopun dengan perbedaan kepentingan, nama beliau sudah di blacklist, kalo nekat, bakal kena tangkep intel Myanmar. Aku sampe speechless banget denger cerita itu. Hahaha. Begitu mereka diusir paksa, langsung mereka terbang ke Bangkok lalu kembali pada Negara nya masing-masing. Aku juga shock banget karena antan (sebutan kakek ku) sampe kirim surat ke menteri luar negeri saking takutnya kalo ayah bakal divonis dengan hukuman yang berat. Kenapa ga jadi divonis 5thn penjara ditambah jadi pekerja paksa? Karena hampir keseluruhan kelompok politik ayah ku yang tidak setuju akan adanya perlakuan pemerintah yang berlaku kemiliteran itu termasuk dalam anggota association of south of asia nation (ASEAN) sementara Myanmar juga salah satu anggota ASEAN, jadi ada kemungkinan ada faktor kerjasama disitu. Dan aku pikir, delegasi dari Indonesia (kedaulatan luar negeri Indonesia yg ada di Myanmar) itu sangat mengusahakan sekali untuk mencabut hukuman berat mereka tadi, padahal ada 4 mahasiswa dari amerika yang terlibat, amerika adalah Negara adikuasa dengan segala proteksi kewarganegaraannya yang sangat dilindungi. Tapi pada saat itu, hubungan antara amerika dengan Myanmar sedang tidak stabil, sehingga dari pihak kedutaan pun, tidak ada suatu usaha untuk membantu penyelesaian masalah tersebut.
Setelah kembali ke Indonesia, tepatnya di Yogyakarta, dari pintu “kedatangan luar negeri” bandara adi sutjipto sudah banyak wartawan yang menyambut ayah, tiap hari, pada siaran acara TV international (CNN) berita itu selalu dihadirkan. Bagaimana tidak bangga, ayah bukan berkewarga negaraan Myanmar namun beliau berusaha menegakkan keadilan dan memerhatikan kondisi dan situasi kemanusiaan rakyat Myanmar terhadap pemerintahannya yang kacau pada tahun itu. Setelah kejadian itu, ayah sering dikirim ke daerah Eropa dan Singapore,Thailand untuk meliput keadaan politik dan menghadiri beberapa undangan untuk hal politik luar negeri. Yaps.. dari situ, aku banyak narik kesimpulan… thanks dad J I proud of you.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar